
Pada 18 November 1846, surat kabar Kavasche Courant memberitakan bahwa sehari sebelumnya, 17 November 1846, sebuah kapal besar dari Boston, Amerika Serikat, telah menambatkan jangkarnya. Kapal itu memuat es yang dipesan oleh Roselie en Co. Es itu akan dibongkar keesokan harinya. Kabar inilah yang menyebar hingga ke Benteng Batavia setelah ada pemberitaan soal itu. Kabar ini membuat sibuk pihak Bea Cukai karena belum mencocokkan aturan impor es batu.
Kala itu, semua orang memperbincangkan batu yang disebut sebagai "batu-batu putih sejernih kristal, yang jika dipegang bisa membuat tangan kaku". Beberapa hari kemudian, muncul iklan Roselie en Co yang menjual es tersebut dengan harga 10 sen setiap 500 gram.
Membungkus es batu dengan selimut wol
Kehebohan soal es batu tak berhenti sampai di situ. Surat kabar Javasche Courant menayangkan artikel tentang cara penyimpanan batu yang dibungkus dengan selimut wol. Esumsi barang-barang impor penting dari Amerika, penyimpanan, harus memotong agar tak mencair. Dulu es saat itu juga merupakan peluang bagi para pelaku bisnis. Melebihi minuman untuk membuat sajian minuman air es.Selain itu, sebuah perusahaan, Perusahaan Jakarta Voute en Gherin, juga memanfaatkan "histeria" masyarakat untuk membeli selimut wol yang dapat dipergunakan untuk menyimpan es. Kisah lainnya, saat seorang pengusaha, David Gilet, menyatakan sanggup menyediakan udara untuk berbagai pesta dengan biaya 15 gulden. Dan, untuk pertama kalinya, udara juga disampaikan saat malam Natal pada 1846 di Hotel Des Indes (berubah nama menjadi Hotel Duta Indonesia, dan akhirnya dihancurkan menjadi Duta Merlin, Jakarta Pusat).
Obat sariawan
Dalam perkembangannya, es batu dapat menjadi obat sariawan. Pemerintah Hindia Belanda saat itu bahkan memberikan bonus sebesar 6.000 gulden untuk mereka yang sanggup terkirim ke rumah sakit di Batavia. Es ini akan digunakan untuk tentara Belanda yang terkena sariawan. Sementara, untuk di Semarang dan Surabaya, Pemerintah Hindia Belanda menyediakan bonus sebear 7.300 gulden.Impor dari Amerika ini berlangsung hingga tahun 1870 karena saat itu telah terjadi pabrik es di Batavia. Pembuatan ini dilakukan setelah pembuatan amoniak ditemukan di Eropa. Teknologi ini diimpor pada 1880. Kehadiran teknologi ini termasuk cara penyimpanan bahan makanan yang dapat digunakan.